(I)
Hanya senyumanmu saja / suram mendalam. / Selainnya masih gelap berselubung / tak kenal bintang. / Sedang hari baru tiba kepada senja!
Ini aku tidak tahu / haruskah aku nantikan Engkau / dengan bercermin di langit mendung melalui malam kelam / yang belum tentu ia berbulan?!
(II)
Lihat! Alam tiada semarak lagi / Langit tinggal bayangnya saja / melengkung curam! Di situ rupanya penuh bertimbun kekayaan. / Surga! Begitu tiap manusia bilang / tapi bila datang kebinasaan / dari kedahsatan benci dan pembunuhan / di situ, di situ pula kita terpelanting / ke dalam jurang!
Jika begini / tak ada lagi yang tampak menguak harapan / hanya itu senyumanmu saja / yang suram mendalam. / sedang hari baru tiba kepada senja!
(III)
kekasihku, / di sini, di antara bunga-bunga kuncup yang belum tahu / warna serta wanginya ini / dengan bercermin di kabut mendung ini / akan kunantikan Engkau / sampai hariku satu-satu berlepasan!
Kapan itu selubung gelap pecah terbuka / dan kapan lagi itu / bayangan bulan yang kecut muram jadi ketawa / menyentakkan layar malam bertemu dengan matari / mengulur pagi bercinta?
Dalam kemestian melalui malam ini / aku tidak peduli kepada jam mati / yang lupa akan detikan, / Cuma itu saja: senyumanmu! / suram mendalam / bayang kurban kebengisan kubuat jadi pedoman!
S. Rukiah
0 komentar:
Posting Komentar